MENULIS DAN MEMBUAT SEJARAH
MENULIS DAN MEMBUAT SEJARAH
Mustatho’
Bagi R.A. Kartini “Menulis adalah proses bekerja untuk keabadian (verbal valent scripta manent)”, R.A. Kartini dalam surat-surat kepada kawan-kawannya. Bagi Ignas Kleden (2001), “Penulis adalah juru bicara zamannya”. Sementara bagi Jimly Asshiddiqie (2005), ia menulis adalah karena ingin menatap jejak pemikirannya di hadapan spasio-temporal ruang, tempat dan waktu.
Sejarah itu: “Jas Merah”, jangan sekali-kali melupakan sejarah!. orang mengenal adagium ini berasal dan dinyatakan oleh Ir. Soekarno –pemilik Negara Indonesia sebelum orde Baru. Juga sebuah tembang dari foklor jawa mengungkapkan Cikar dowo tipeti, tales ombo godonge. Dalam budaya Sunda, pentingnya arti sejarah (sebagai peristiwa) biasa dijadikan sebagai nasehat : "Kudu ngeunteung ka nu enggeus, nyonto ka nu bareto, diajar tina pangalaman, pikeun nyanghareupan kiwari jeung nyawang nu bakal datang".
Reiza D. Dienaputra dalam artikel Membuat Bangsa Ini Melek Sejarah (Harian Pikiran Rakyat, Jumat 27 Februari 2009) secara distingtif membagi sejarah ke dalam dua pola utama. Pertama, sejarah dalam arti objektif atau sebagai peristiwa itu sendiri dan kedua sejarah dalam arti subjektif atau rekonstruksi dari sebuah satu kisah.
Sejarah dengan arti yang pertama adalah nilai objektif dari peristiwa sejarah itu sendiri. Artinya kondisi sejarah yang hanya dialami, dirasa dan diketahui oleh pelaku sejarah pada saat peristiwa itu terjadi. Konstruk kedua adalah sejarah sebagai satu hasil rekonstruksi atas peristiwa yang telah atau pernah terjadi.
Dari segi metode, tulisan sejarah terbagi atas dua kategori. Pertama, tulisan sejarah ilmiah; kedua, tulisan sejarah populer, termasuk semi-ilmiah populer. Penulisan sejarah ilmiah adalah penulisan sejarah dengan prasyarat ketat yang ditempuh melalui pencarian dan pengumpulan sumber (heuristik), seleksi sumber (kritik intern dan ekstern), pengolahan data dan seleksi fakta hasil interpretasi, sampai dengan proses penulisan (historiografi), serta dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah metode sejarah.
Tulisan sejarah ilmiah memiliki ciri-ciri keilmiahan yang antara lain ditunjukkan oleh sistematika uraian (kronologis-diakronis); sifat uraian deskriptif-analisis; menunjukkan aspek kausalitas (sebab-akibat) sebagai "hukum sejarah", sehingga diperoleh kejelasan (eksplanasi) sebagai jawaban atas pertanyaan mengapa. Mengapa peristiwa atau masalah itu terjadi? Apabila kegiatan dalam proses penulisan sejarah ilmiah hanya dilakukan sebagian, sehingga tulisan sejarah yang dihasilkan hanya memiliki sebagian dari ciri-ciri sejarah ilmiah, maka tulisan itu termasuk ke dalam kategori semi-ilmiah populer.
Sementara penulisan sejarah populer umumnya dilakukan dengan tanpa/ kurang memperhatikan kaidah-kaidah metode sejarah. Dalam penulisan sejarah populer, biasanya kritik sumber dan seleksi data/fakta tidak dilakukan. Kalaupun dilakukan, tidak sepenuhnya berdasarkan kaidah metode sejarah. Demikian pula dalam proses penulisannya, penulisan sejarah populer umumnya tidak memperhatikan ciri-ciri tulisan sejarah ilmiah atau ciri-ciri sejarah sebagai ilmu.
Kuntowijoyo dalam Pengantar Ilmu Sejarah (1995), menekankan pentingnya imajinasi dalam penelitian dan penulisan sejarah. Menurut dia, dalam menjalankan pekerjaannya, sejarawan harus dapat mem-bayangkan apa yang (terjadi) sebelumnya; apa yang sedang terjadi, dan apa yang terjadi sesudah itu. Ia memberi contoh, “Misalnya ia akan menulis priyayi awal abad ke-20. Ia harus punya gambaran, mungkin priyayi itu anak-cucu kaum bangsawan atau raja yang turun statusnya karena sebab-sebab alamiah atau politis. Demikian juga sejarawan harus dapat membayangkan betapa bangga istrinya bila pria priyayi itu dapat menggaet penari tayub”.
Baik Soekarno, Kuntowijoyo maupun Reiza D. Dienaputra yang banyak berbicara sejarah di atas, ada satu kesepakatan umum yang dapat ditarik, yakni peran vital sumber sejarah sebagai media rekonstruksi (penulisan) sejarah itu sendiri, yang salah satunya adalah tulisan. Tak pelak tulisan inilah yang dapat menggiring seorang sejarawan ke dalam bingkai objektif sejarah itu sendiri. Selamat berkreasi dan membuat sejarah diri!!!!salam MataPena Cendekia.
Labels: Artikel lepas
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home